Pengalaman Mengerikan Rangga
Cerita Misteri - Rangga berteriak ketakutan. Sekujur tubuhnya gemetar dan basah oleh peluh dingin. Dia masuk menuju kamar, dan duduk di tepi ranjang. Nafasnya terengah-engah. Dia menatap sekitar. Tidak ada orang. Hening.
Cerita Misteri Pengalaman Mengerikan Rangga
Kemudian, dia bergumam lirih, "Apa... Apa yang gue liat tadi itu hantu?" Rangga teringat akan penampakan sesosok laki-laki berjubah hitam yang baru dia lihat di dapur. Bagaimana bisa laki-laki itu berjalan menembus dinding dan lenyap? Tak salah lagi, laki-laki itu memang hantu. Tak mungkin dia manusia. Namun, entah mengapa Rangga begitu ketakutan. Terutama saat dia menatap mata elok laki-laki berwajah pucat itu. Matanya begitu gelap. Memancarkan amarah dan sesuatu yang membuat Rangga tak mengerti. Mata laki-laki itu seakan mempengaruhi nyali-nya hingga menciut. Matanya memandang dan menilai. Gelap dan penuh amarah. Itulah menurut Rangga saat mereka beradu pandang. "Kenapa saat gue ngeliat laki-laki itu, gue jadi ketakutan banget ya? Padahal kan wajahnya gak nyeremin amat" Ucapnya sambil berkerut dahi. Dia termenung untuk sesaat. Teringat dibenaknya, Penampakan hantu wanita 5 bulan lalu yang dia lihat begitu nyata.
Saat itu tengah malam. Pukul 12 malam. Orang tua Rangga sudah tiba di rumah. Akan tetapi, anak mereka belum juga pulang. Hal itu membuat mereka cemas dan bertanya-tanya: Di mana anakku? Rupanya, Rangga belum pulang karena dia sedang melakukan uji nyali di hutan lindung kota Depok. Rangga lupa meminta ijin dari kedua orangtuanya untuk melakukan uji nyali. Jika saja orangtuanya tahu bahwa anak mereka sedang menguji nyali di dalam hutan, mereka pasti akan marah dan tidak lagi memberi Rangga ijin keluar di malam hari. Mereka memainkan jelangkung, dan berhasil menemukan penampakan kuntilanak. Sayang sekali, Rangga, Jade, Naufal, Lia, Ditha, Nina dan Erick tidak berhasil mengambil gambar penampakan di dalam hutan, dikarenakan baterai kamera mereka merosot. Habis. Saat itu, Rangga duduk di dekat api unggun. Dia melihat dengan jelas, kuntilanak yang menatap wajahnya. Kuntilanak itu tertawa. Suaranya terdengar jauh, sangat pelan. Baju yang dia kenakan berwarna putih dengan sedikit lumuran darah. Rambut panjangnya begitu kusut. Tak terawat. Wajah di balik rambutnya amatlah pucat. Kuntilanak itu menyeringai lebar, kemudian menghilang dari pandangan ketujuh remaja pemberani itu. Anehnya, Rangga dan yang lain tidak begitu takut saat melihat Kuntilanak di antara rerumputan hijau. Hanya Nina yang menjerit ketakutan. Yang lain tidak. Malah bersorak bangga. Rangga pun tidak ketakutan. Dia tersenyum lebar. Mereka berhasil memanggil kuntilanak dengan permainan jelangkung. Di hutan tersebut, mereka menemukan penampakan hantu. Di tempat angker lainnya juga berhasil menemukan penampakan. Meski samar-samar. Namun tidak dengan jalan Keramantan yang konon katanya di huni setan yang suka meminta tumbal. Di jalan Keramantan, mereka tidak menemukan penampakan maupun suara hantu. Hanya gelang emas yang mereka temukan. Karena itulah, Rangga dan yang lain menganggap kisah mengenai keangkeran jalan Keramantan hanyalah mitos.
Aneh bagi Rangga. Mengapa saat dia melihat penampakan hantu lain, dia tidak begitu takut? Namun, mengapa saat dia melihat laki-laki berjubah hitam, dia begitu ketakutan? Padahal, wajah dan wujudnya tidak menyeramkan. Rangga terus bertanya-tanya dalam hati. Dia mengerutkan kening. Bulu kuduknya berdiri saat dia melihat sosok berjubah hitam itu. "Hantu dari mana dia? Kenapa dia ada di rumah gue?" Ucap Rangga pelan.
Rangga membaringkan tubuhnya di ranjang. Dia ingin beristirahat. Lelah menghinggapi tubuhnya hingga dia mengantuk. Rangga menatap gelang emas yang berkilauan terkena sinar matahari lewat jendela. Dia tersenyum. Gelang itu terlihat sangat indah baginya. Dia duduk dan meraih gelang itu dari meja di samping ranjang. Rangga tersenyum lebar. "Gelang ini bener-bener indah. Gue harus nyimpen di dalam lemari, biar aman dari pencuri" Ucapnya pelan. Dia turun dari tempat tidur dan membuka lemari besar yang berisi pakaian. Dia menyelipkan gelang diantara kemeja dan celana. Lalu menutup lemari itu rapat-rapat. Dia bergumam, "Jarang-jarang bisa punya gelang dari emas asli. Gue memang beruntung" Rangga berbalik. Sosok laki-laki berjubah hitam itu muncul. Rangga merinding. Suhu ruangan semakin dingin. Laki-laki itu menatapnya. Sorot matanya kosong dengan ekspresi tak terbaca. Hidung bangir, mata yang elok, bibir tipis, alis mata tebal. Rangga ternganga menatap ketampanan pria dihadapannya. Lututnya gemetar. Kemudian, "Aaaakhh! Pergi! Pergi!" Rangga jatuh terduduk di lantai. Dia menutupi matanya dengan kedua tangan berjari panjang. Dia menjerit ketakutan. Lalu hening. Dia menjauhkan telapak tangan yang menutupi matanya. Dia pandang sekitar. Sosok itu sudah menghilang bagai kepulan asap. Rangga melongok sana-sini. Tidak ada siapapun di kamar. Tubuhnya terasa lemas. Dia menyandarkan tubuh di lemari besar. Desahan napasnya terdengar jelas. Dia masih ketakutan akan penampakan yang baru dia lihat.
Baca Juga Cerita Misteri Kakak Ku Si Pembunuh.
Malam telah tiba. Ibu dan ayah Rangga sudah pulang sehabis bekerja. Mereka duduk di sofa. Sedangkan Rangga, duduk di kursi kayu berukiran bunga. Indah sekali. Kedua orangtuanya sedang asik berbincang-bincang. Rangga terdiam. Dia berniat untuk menceritakan perihal penampakan hantu laki-laki di rumahnya. Sang ayah mengerutkan kening melihat anaknya yang muram. "Nak, apa kau baik-baik saja?" Tanya sang ayah. Ibunya ikut memandang. "Eh... Ibu, ayah. Aku pengen menceritakan sesuatu pada kalian. Kumohon kalian mempercayai aku" Ucap Rangga pelan. Sang ibu menatapnya cemas. Lantas, bertanya, "Ceritakan saja nak. Apa kau sedang ada masalah?" "Begini... Tadi sore, aku pulang dari kampus. Terus, aku masak mi di dapur. Setelah aku menyantap mi sama nasi, aku berjalan ke dapur..." Sejenak, Rangga terdiam. Ibu dan ayahnya menunggu dengan sabar. "Terus?" Tanya sang ayah, memecah keheningan di ruang keluarga. Rangga melanjutkan, "Waktu aku di dapur, aku mengambil minuman dari kulkas. Dan aku meneguknya karena haus. Saat aku berjalan keluar dapur, aku melihat seorang laki-laki. Dia memakai jubah. Warnanya hitam. Wajahnya pucat sekali. Aku tanya dia siapa, dia tidak menjawab. Bingung, aku pun ketakutan. Lantas, laki-laki itu berjalan menjauh dariku, dan terus berjalan ke arah dinding. Dia... Berjalan menembus dinding dan lenyap! Ibu, ayah. Aku takut melihatnya. Dia bukan manusia, dia pasti hantu!" Rangga menundukkan wajah. Yang mendengarkan, hanya tertawa kecil. Ibunya yang bernama Erin, berdiri dan duduk di kursi sebelah Rangga. Dia tersenyum kecil. Ibunya yang berambut pendek itu mengelus rambut anaknya dengan penuh kasih sayang. Erin menatap sang suami. Ayah Rangga mengangguk pelan. "Sayang... Kau hanya berhalusinasi. Mungkin kau terlalu lelah, oleh sebab itu kau berkhayal. Hantu itu tidak ada. Kau tidak perlu takut" Ucap ibunya sambil tersenyum tipis. Rangga menatap ibunya. "Jadi, ibu tidak mempercayaiku?!" Rangga terlihat kecewa. "Bukannya ibu tidak percaya. Kau tidak berbohong. Hanya saja, kau berhalusinasi tadi sore. Dan kau menganggapnya nyata" Ucap Erin pelan. Sang ayah pun membuka suara, "Maaf, nak. Kenyataannya, hantu itu tidak ada" Rangga melirik sang ayah. "Tapi, aku melihat penampakan itu begitu jelas. Aku tidak berhalusinasi! Aku benar-benar melihat penampakan itu sejak tadi sore. Dia berjalan menembus dinding! Apa itu bisa disebut manusia? Tidak kan?" Seru Rangga. Sang ibu memeluknya erat seraya berkata, "Anakku Rangga. Hantu itu tidak ada. Kami yakin, kau hanya berhalusinasi" "Tapi..." Rangga tidak mampu melanjutkan perkataannya. Selama apapun dia berkata, tetap saja kedua orangtuanya tidak percaya akan ceritanya. Rangga tahu, bahwa ibu dan ayahnya tidak pernah percaya dengan cerita yang berbau mistis. Mereka menganggap bahwa hantu itu hanya mitos belaka. Itu karena mereka belum melihat bukti keberadaan hantu. Rangga mendorong pelan ibunya. "Sudah dulu pelukannya, bu. Aku mau tidur. Ini sudah malam" Ucap Rangga sambil berdiri. "Selamat tidur, sayang. Mimpi indah" Ucap ibunya. Sang ayah menyunggingkan senyum, Rangga membalasnya dengan senyuman tipis seraya berjalan menuju kamar tidur.
Baca Juga Cerita Misteri Mengetahui Dunia Gaib.
Di lain tempat. Rumah kayu berlantai dua itu tampak sederhana. Sebuah motor diparkir di garasi. Pohon rambutan menjulang cukup tinggi di samping rumah. Di teras, terdapat beberapa pot bunga. Harum baunya. Ada bunga anggrek, melati, mayar dan lain-lain. Di dalam rumah, cukup sederhana, namun tetap nyaman di huni. Erick, teman Rangga itu tampak berseri-seri. Jari-jarinya yang lihai, mengetik huruf di iPhone. Erick senyum-senyum sendiri. Matanya menatap layar iPhone. Rupanya, dia sedang berkirim pesan dengan seseorang. Pemuda itu tampak duduk santai di sofa. Dia mengenakan T-Shirt merah darah dan celana pendek. Dia mendongak melihat jam dinding. Pukul 11 malam. "Saking asyiknya chatting-an, gue jadi lupa waktu. Waktunya tidur!" Dia beranjak menuju kamar tidur. Langkah kakinya terhenti. Erick belum mengantuk. Dia ingin menaiki tangga menuju lantai dua. Erick berlari menaiki tangga.
Sesampainya di lantai dua. Ruang santai. Tempat itu memiliki perabot yang indah. Hampir semua perabot terbuat dari logam semacam stainless. Dindingnya kayu namun berlapis kain kuning. Erick tersenyum. Ruangan itu sering dia jadikan tempat bersantai sambil merenung. Di ruangan itu, terdapat pintu yang terbuka lebar. Di depan pintu ada balkon untuk melihat pemandangan dari atas. Di ruangan itu terdapat meja kayu dan meja yang terbuat dari kaca. Terletak di samping pintu menuju balkon. Beberapa hari lalu, Erick sempat memperbaiki papan di lantai yang rusak. Pakunya mulai lepas. Rumah itu sudah ada sejak belasan tahun lalu. Rumah peninggalan kakek Erick. Masih bagus, namun beberapa papan di lantainya sudah mulai lepas, tidak merekat lagi. Erickpun menyiapkan banyak paku dan alat pertukangan yang dia dapat dari almarhum sang kakek. Dia menancapkan paku ke lantai untuk merekatkan dengan tiang rumah. Dia memukulnya dengan tukul agar pakunya masuk. Setelah selesai dan papan berhasil di satukan untuk menutup lubang di lantai, Erick segera membereskan alat-alat pertukangan seperti gergaji, tukul, paku dan lain-lain. Karena terburu-buru, dia meletakkan kotak kecil berisi paku di atas meja kayu di samping pintu.
Baca Juga Cerita Misteri Hantu Pocong.
Erick mengecek ponselnya. Terdapat notifikasi pesan dari seorang teman. Dia membacanya dan mulai mengetik. Erick berdiri di lantai. Dia tersenyum menatap layar iPhone. Meja kayu di samping pintu itu terbilang lebar. Di atasnya terdapat kotak berisi paku. Tanpa disadari oleh Erick, paku-paku di dalam kotak itu mulai bergerak dan terangkat ke atas, seperti ada yang mengendalikan. Suhu ruangan terasa dingin menusuk tulang. Beberapa paku di dalam kotak itu terbang dan bergerak turun ke lantai, persis di depan pintu yang terbuka. Erick bergumam, "Enaknya malam-malam gini ke balkon buat ngeliatin jalanan" Dia melangkah pelan, tanpa menatap ke bawah, lantai kayu. Erick meneruskan langkahnya hingga ke depan pintu. Srret! Telapak kakinya menginjak paku-paku di atas lantai. "Aaahh!" Jeritnya kesakitan. Paku-paku itu tembus ke dalam kulitnya, Erick limbung. Kedua kakinya terasa sakit dan berdarah, Erick tak mampu berdiri. Dia jatuh menimpa meja yang terbuat dari kaca. Bruakk! Meja itu retak. Beberapa beling menancap di kepalanya. Erick tak mampu berdiri. Kakinya terasa lumpuh. Beling itu semakin dalam menancap. Darah mengucur dari kepala. Di atas meja kaca yang retak, terdapat guci besar. Karena mejanya retak dan goyang, guci itu tergelincir dari meja, dan menghantam kepala Erick hingga benjol. "Ahh!" Meja itu semakin retak, akhirnya pecah dan belingnya berhamburan. Kepala Erick terbenam dalam tumpukan pecahan kaca. Beling berukuran besar merobek kepalanya. Dia tertelentang di lantai. Erick terus mengerang kesakitan. Serpihan kaca memasuki wajahnya yang penuh luka. Dalam hati, Erick berkata, "Gue harus bangkit!" "Ahhh!!!" Teriakan keluar dari mulutnya. Bagaimana tidak, pecahan beling bergerak dan menancap di kedua matanya yang terbelalak. Rasa pedih, sakit dan perih menyiksanya bersamaan. Matanya terasa terkoyak. Darah yang melumuri wajahnya, menutupi pandangan Erick. Darah terus mengucur dari biji mata Erick. Matanya seperti buta, pandangannya buram. Lalu gelap. Erick berusaha bangkit, akhirnya dia berhasil, Erick berjalan sempoyongan dengan mata dan kepala yang tertusuk beling, Beberapa paku menancap semakin dalam di kakinya. Erick berdiri dan meraih daun pintu untuk dijadikan pegangan. Dia terus berjalan, tak tahu arah. Dia keluar pintu dan menuju balkon. Kakinya tidak mau berhenti melangkah, seperti ada yang mengendalikan, terus berjalan cepat. Erick meringis kesakitan dengan mata berdarah-darah. Darahnya menetes di lantai balkon yang dibuat dari kayu, namun di lapisi dengan semen. Sriieett! Erick terpeleset karena genangan darahnya di lantai. "Aaahh!" Erick berpegangan di pagar, namun tidak erat. Akibatnya, dia terus terpeleset karena lantai yang licin. Sesosok berjubah hitam dengan pandangan kosong, muncul dibelakang Erick. Laki-laki berjubah hitam itu mengulurkan tangannya. Bukan bermaksud untuk menolong, tapi untuk mendorong tubuh Erick. "Aaahh!" Erick yang berdiri di depan pagar balkon, didorong oleh sosok itu hingga menabrak pagar. Erick limbung. Tenaganya seakan terkuras habis. Dia terus didorong dengan kuat hingga kepalanya menunduk ke bawah hingga akhirnya, Erick jatuh melewati pagar pengaman, "Aaaarghh!" Jeritnya di udara. Tubuhnya melayang dan turun ke bawah. Para pejalan kaki terperangah melihat Erick yang terjun bebas. Sosok berjubah hitam itu sudah menghilang dalam sekejap. Bruuakk...!!! Tubuhnya jatuh tepat di atas motor, lalu terguling dan jatuh dengan kepala terbentur batu runcing di halaman rumahnya. Kepalanya terbentur kuat. Darah semakin banyak membasahi kepala Erick. Dalam sekejap, pecah. Darah memercik ke sekeliling halaman rumah. Bahkan, mengenai bunga mawar merah yang di taruh di pot. Ubun-ubunnya bolong. Gumpalan otak Erick keluar dan bertebaran ke mana-mana. Seorang pejalan kaki menjerit histeris menyaksikan kejadian itu. Kepala Erick remuk dengan otak merah muda yang berlendir, lembek dan menjijikkan. Kerumunan orang berjalan serempak menuju halaman rumah Erick dan mengelilingi mayat Erick. Tubuhnya tertelentang dengan mata bolong, ditancap beling.
Sosok berjubah hitam memperhatikan dari kejauhan. Tak ada yang dapat melihatnya. "Ahahahaha!!" Laki-laki itu tertawa dengan suara berat yang bergema.
Ingin Terhindar Dari Gangguan Jin Dan Setan?
Baca Cara Islam Menghilangkan Gangguan Jin Dan Setan.
Komentar
Posting Komentar